MATEMATIKA ITU ASYIK DAN MENANTANG
Proses Belajar Matematika pada Anak Harus Secara Alami
Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Pemodelan Matematika, Universitas Indonesia (UI), Prof Djati Kerami mengemukakan, cara memperkenalkan pelajaran matematika kepada anak-anak harus secara alami, agar anak tidak merasa takut terlebih dahulu, sehingga mereka diharapkan tertarik kepeda pelajaran metematika.
Hal tersebut disampaikan di Depok, Ahad, menanggapi banyaknya anak-anak yang merasa enggan atau takut terlebih dahulu terhadap pelajaran matematika di sekolah. Proses pengenalan belajar matematika harus secara alami, seperti memperkenalkan lingkungan, sehingga memacu anak untuk berfikir, katanya.
Ia mencontohkan bagaimana seorang anak diperkenalkan lingkungan dengan beberapa pohon yang ada disekelilingnya. Biarkan anak tersebut menghitung pohon tersebut tanpa disadari mereka telah belajar matematika, katanya.
Djati Kerami mengatakan, seorang anak jangan langsung diberikan pelajaran matematika dengan menghitung dengan jumlah angka-angka tertentu, tetapi dengan cara alam bermain dan diperkenalkan dengan simbol-simbol.
Mempelajari matematika biarkan secara alami jangan langsung anak diberikan angka-angka, katanya. Menurut dia, saat ini proses belajar yang dilakukan banyak yang dilakukan secara dogmatis, dimana seorang anak dipaksa untuk menghafal pelajaran.
Padahal metode tersebut sangat tidak baik bagi anak, karena pada akhirnya banyak anak yang tidak mengerti persoalan, katanya. Ia mengatakan, ilmu metematika muncul sebagai hasil pengembangan abtraksi manusia terhadap upaya memecahkan masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari yang dihadapinya.
Melalui abstraksi dan penularan logis dari pengalaman yang dialami, manusia berupaya melakukan kalkulasi, pengukuran, penelaahan bentuk dan obyek fisik. Di dalam kehidupan manusia yang menginginkan segala sesuatunya dengan cepat memperoleh hasil, yang langsung dapat dimanfaatkan, matematika yang berkarakteristik seperti hal tersebut akan sulit berkembang.
Kondisi masyarakat yang kurang apresiatif tersebut tercermin juga dalam kebijakan institusional (pemerintah dan institusi di bawahnya). Menurut dia, kondisi tersebut sangat berbeda bila melihat sejarah perkembangan bangsa eropa yang berhasil dalam melakukan revolusi industri setelah mereka melalui masa keemasan perkembangan matematika dan sain.
Ia belum bisa memprakirakan kapan matematika di Indonesia akan mengalami kemajuan seperti di Eropa, Jepang, dan China. Ini semua menyangkut berbagai sendi yang berhubungan dengan pola ‘nation building’ Indonesia, katanya.
Sumber : Republika Online
Proses Belajar Matematika pada Anak Harus Secara Alami
Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Pemodelan Matematika, Universitas Indonesia (UI), Prof Djati Kerami mengemukakan, cara memperkenalkan pelajaran matematika kepada anak-anak harus secara alami, agar anak tidak merasa takut terlebih dahulu, sehingga mereka diharapkan tertarik kepeda pelajaran metematika.
Hal tersebut disampaikan di Depok, Ahad, menanggapi banyaknya anak-anak yang merasa enggan atau takut terlebih dahulu terhadap pelajaran matematika di sekolah. Proses pengenalan belajar matematika harus secara alami, seperti memperkenalkan lingkungan, sehingga memacu anak untuk berfikir, katanya.
Ia mencontohkan bagaimana seorang anak diperkenalkan lingkungan dengan beberapa pohon yang ada disekelilingnya. Biarkan anak tersebut menghitung pohon tersebut tanpa disadari mereka telah belajar matematika, katanya.
Djati Kerami mengatakan, seorang anak jangan langsung diberikan pelajaran matematika dengan menghitung dengan jumlah angka-angka tertentu, tetapi dengan cara alam bermain dan diperkenalkan dengan simbol-simbol.
Mempelajari matematika biarkan secara alami jangan langsung anak diberikan angka-angka, katanya. Menurut dia, saat ini proses belajar yang dilakukan banyak yang dilakukan secara dogmatis, dimana seorang anak dipaksa untuk menghafal pelajaran.
Padahal metode tersebut sangat tidak baik bagi anak, karena pada akhirnya banyak anak yang tidak mengerti persoalan, katanya. Ia mengatakan, ilmu metematika muncul sebagai hasil pengembangan abtraksi manusia terhadap upaya memecahkan masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari yang dihadapinya.
Melalui abstraksi dan penularan logis dari pengalaman yang dialami, manusia berupaya melakukan kalkulasi, pengukuran, penelaahan bentuk dan obyek fisik. Di dalam kehidupan manusia yang menginginkan segala sesuatunya dengan cepat memperoleh hasil, yang langsung dapat dimanfaatkan, matematika yang berkarakteristik seperti hal tersebut akan sulit berkembang.
Kondisi masyarakat yang kurang apresiatif tersebut tercermin juga dalam kebijakan institusional (pemerintah dan institusi di bawahnya). Menurut dia, kondisi tersebut sangat berbeda bila melihat sejarah perkembangan bangsa eropa yang berhasil dalam melakukan revolusi industri setelah mereka melalui masa keemasan perkembangan matematika dan sain.
Ia belum bisa memprakirakan kapan matematika di Indonesia akan mengalami kemajuan seperti di Eropa, Jepang, dan China. Ini semua menyangkut berbagai sendi yang berhubungan dengan pola ‘nation building’ Indonesia, katanya.
Sumber : Republika Online
Komentar
Posting Komentar